Tags » Cerpen, Islami, nasehat

Purnama di Matamu

purnama+di+matamu.jpg


"Kamu harus tahu sebelum kita melangkah lebih jauh, Mas. Aku sudah kehilangan kegadisanku."

Kalimat dari Rahma menyambar bagaikan kilat di siang bolong. Seorang wanita yang dikenalnya sholehah, taat beribadah dan berpakaian syar'i itu ternyata sudah tidak lagi perawan.

Cincin di tangan Reihan terjatuh! Tangannya gemetar, tubuhnya kaku dan pandangannya kini menjadi terlempar jauh entah kemana. Rahma yang ada di depannya tak jauh beda, sesekali bulir air mata mengalir melewati lesung pipinya menuju dagu hingga akhirnya membasahi di kerudung putih yang dia kenakan.

"Aku tidak mau kau kecewa, Mas. Carilah wanita lain yang masih terjaga kesuciannya! Kamu lelaki baik, pantas untuk mendapat jodoh yang terbaik pula."

Bukan tanpa alasan Rahma mengatakan semua kepada lelaki yang hendak menikahinya. Memang menutup aib adalah keharusan bagi seseorang, tapi bagaimana apabila menutup aib justru akan menimbulkan permasalahan dan aib-aib yang lebih besar berikutnya? Bercermin kepada saudara kandungnya sendiri, Rahma bertekad untuk menceritakan semua kekurangan itu kepada setiap lelaki yang ingin menikahinya. Kakak kandungnya sudah cukup menjadi contoh. Dia kehilangan keperawanan sebelum menikah, dan suaminya mengetahui setelah mereka menikah. Lelaki mana yang tidak kaget mengetahui bahwa istri yang baru saja dinikahi ternyata sudah tidak perawan? Kehidupan kakak Rahma hancur berantakan! Belum juga seminggu, suaminya memutuskan untuk bercerai. Jika sudah begini, tentulah keluarga ikut menangung pula aib yang lebih besar lagi.

Inilah manusia dan kehidupan, hitam dan putih tentu menjadi warna yang tidak bisa dilepaskan dari keduanya. Banyak mantan bajingan menjadi pemuka agama, begitu juga sebaliknya. Lantas, apakah sebuah kesalahan jika mengatakan ketidakperawanan kepada calon suami?

Sudah tiga lelaki yang membatalkan pernikahan sebab pengakuan Rahma. Sebuah ujian yang tidak mudah tentunya bagi perempuan yang hampir berusia 25 tahun tersebut. Reihan mungkin akan menjadi lelaki keempat yang membatalkan pernikahan. Terlebih Reihan adalah sosok lelaki yang sholeh dan dari keluarga baik-baik juga. Terkadang terbesit pertanyaan dari hati Rahma yang terdalam, "Apakah wanita yang hilang sucinya tidak pantas mendapatkan lelaki yang sholeh dan manjadi imam yang terbaik untuk kebahagiaan dunia dan akhirat?" Pertanyaan itu selalu muncul, dan selama itu pula dia tidak berhenti untuk meyakinkan diri serta memantaskan diri. Masa lalu tentu sudah tidak bisa diulang, akan tetapi bukankah masa lalu bisa ditimbun dengan masa depan yang lebih baik? Rahma berlari meninggalkan Reihan yang masih terdiam. Dia merasa tidak pantas untuk mendapatkan cinta lelaki itu meskipun dalam hatinya Rahma pun sangat menginginkan Reihan menjadi pendamping hidupnya.

"Maafkan aku, Mas." Kalimat itulah yang keluar dari bibir Rahma yang tidak berhenti bergetar menahan isak tangis. Dia lantas berlari menuju kamarnya.

Melihat kejadian itu, ayahnya lantas menghampiri Reihan.

"Lebih baik Nak Reihan pulang dulu dan memikirkan semua dengan baik-baik. Bapak tahu kamu sangat terpukul atas pengakuan Rahma. Sebagai seorang ayah, Bapak pun tidak ingin dia kecewa seperti kejadian yang menimpa kakaknya beberapa tahun silam."

Di balik jendela kamar, Rahma melihat Reihan yang tertunduk keluar dari rumahnya. Air mata deras mengalir membasahi kerudungnya. Purnama di luar sana menjadi saksi sekaligus penyaksi. Dia dongakkan kepalanya ke atas melihat purnama yang begitu indah.

"Ya Allah, apakah masa depanku akan seindah purnama di mataku saat ini? Aku ingin menjadi lebih baik, dan membuang jauh-jauh masa muda yang penuh dengan dosa dan nista. Apa wanita yang sudah tidak perawawan lagi tidak layak mendapatkan pendamping terbaik?" Kali ini hanyalah Allah yang menjadi tempat mengadu. Terkadang terbesit untuk menyalahkan takdir, tapi takdir tidak pernah salah karena takdir datang dari-Nya dan Dia adalah Sang Maha Benar.

Tiba-tiba masa kelam di saat SMA melintas dipikran Rahma. Di sudut kamar dia menceritakan semua kepada dinding yang menatapnya dengan dingin.

Namaku Rahma, parasku yang cantik, dan sikap yang mudah bergaul tentu adalah alasan utama mengapa aku menjadi primadona di sekolah. Tak terhitung berapa banyak lelaki berlomba untuk mendapatkanku. Sebagai seorang wanita, tentu menjadi sebuah kebanggan tersendiri menjadi rebutan para lelaki.
Akhirnya, Rama adalah satu-satunya lelaki yang kupilih.

Wajahnya yang rupawan, kaya, dan juga terkenal sebagai siswa pandai tentu menjadi alasan yang kuat untuk dijadikan pilihan. Satu tahun sudah hubungan kami terjalin. Sebagai anak muda yang sedang dimabuk cinta, tanggal jadian adalah hal yang tidak boleh dilewatkan tanpa adanya perayaan. Aku masih ingat betul, waktu itu tanggal 13 Mei 2013 kebetulan bertepatan dengan malam minggu. Kami bersepakat untuk merayakananya malam ini.

Pukul 19.00 WIB Rama datang ke rumah untuk meminta izin mengajakku jalan-jalan. Tanpa ragu orang tua memberikan izin, sebab mereka juga melihat Rama sebagi pemuda yang baik-baik. Asalkan tidak pulang lebih dari jam 10 malam, tidak akan menjadi soal. Tanpa diduga, Rama mengajakku ke rumahnya. Ternyata dia sudah mepersiapkan pesta kecil-kecilan yang sangat romantis. Di taman depan rumah, terdapat meja makan lengkap dengan kerlap-kerlip lilin dan taburan bunga. Baru pertama ini aku merasakan keromantisan yang benar-benar membuat hati berbunga-bunga.

"Sayang, malam ini kau adalah ratunya." Itulah kata-kata pertama yang keluar dari bibirnya sembari mengusap kepalaku.

"Kuk sepi banget, Sayang, memang orang tuamu kemana?"

"Mereka lagi keluar kota untuk beberapa hari. Makanya aku di rumah sendirian."

Aku tak peduli dengan kesepian ini, justru kesepian ini menambah keromantisan yang membuat jiwa tenggelam. Kami berdua larut dalam percakapan, hingga tak sadar hujan tiba-tiba turun dengan begitu deras. Rama mengajak masuk ke dalam rumah untuk berteduh. Di dalam begitu sepi, dan sudah tentu sepi sebab memang hanya ada kami berdua saja. Hujan yang deras membuat pakaianku menjadi basah.

"Tunggu sebentar, Sayang, aku ambilkan handuk buat mengeringkan tubuhmu."

Tak beberapa lama kemudian dia kembali. Ada yang berebeda! Kali ini Rama hanya mengenakan celana pendek tanpa mengenakan baju. Mataku tertuju pada tubuhnya yang atletis, putih dan bersih.

"Hush! Kamu lihatin apa, Sayang?" Rama melemparkan handuk ke mukaku.

Tentu tanpa kulanjutkan cerita ini, sudah pasti kalian tahu apa yang selanjutnya terjadi. Lelaki dan perempuan di dalam rumah tanpa ada orang lain, bukankah menjadi kesempatan besar bagi setan untuk menjerumuskan keduanya dalam perzinaan? Dan itulah yang terjadi. Ternyata iman kami tidak terlalu kuat untuk bisa menahan godaan setan dan desakan nafsu yang menggiurkan. Mala itulah keperawananku terenggut.

"Kamu jangan nangis, Sayang. Aku sayang sama kamu, pasti aku akan menikahimu kelak." Rama memelukku yang sedang menagis tak berdaya.

Hatiku hancur, jiwaku luluh lantak! Kegadisanku hilang saat masih berumur belasan tahun. Apa yang akan kukatakan kepada orang tua? Bagaimana jika aku hamil? Serentetan pertanyaan memenuhi otak.

Tiba-tiba Rama memeluk dan menciumku. Entah mengapa, aku hanya diam saja, padahal baru saja kesucianku dirampas olehnya. Bukan! Bukan dirampas, sebab kami memang melakukannya suka sama suka tanpa ada paksaan. Rama dengan keras meyakinkanku bahwa dia akan menikahiku kelak. Sebagai seorang wanita yang sudah tak lagi suci, aku tentu percaya dengan kata-kata lelaki yang kucinta.

Penyesalan akan kehilangan keperawanan hanya bertahan sebentas saja dalam hitungan hari. Benar ternyata jika zina membuat orang buta dan ketagihan. Selama berhubungan dengan Rama, kami melakukan perzinaan lebih dari lima kali. Tidak ada penyesalan, tidak ada kekhawatiran, yang ada hanyalah kesenangan semu yang dibalut dengan embel-embel cinta.

Dua tahun kemudian kami lulus dari SMA. Rama melanjutkan kulih ke luar kota. Sejak saat itu pula dia tidak pernah lagi menghubungiku. Dasar lelaki bajingan! Lelaki brengsek! Ternyata selama ini Rama tidak hanya menjalin hubungan denganku seorang. Setelah sama-sama lulus, baru kudengar kabar bahwa dia juga mempunyai wanita lain selain aku. Rupanya Allah sedang menguji dengan cara-Nya. Sejak saat itu aku menjadi sosok yang penutup dan jarang bergaul dengan lingkungan sekitar. Rahasia ini kupendam rapat-rapat agar tidak ada orang yang tahu terutama orang tuaku.

Setahun setelahnya, aku mengalami kejadian yang benar-benar membuat perubahan yang luar biasa. Waktu itu ibu mengajak ke sebuah pengajian di masjid dekat rumah. Di dalam pengajian tersebut diisi ceramah tentang bagaiman seorang wanita harus menjaga kehormatannya, bagaimana wanita harus membatasi pergaulan, dan bagaimana seharusnya seorang muslimah itu berpakaian. Aku merasa tersindir dan mulai teringat kembali akan masa lalu yang kelam. Tanpa terasa, air mata menetes dan memebasahi kerudung yang hanya menggunakan selembar kain yang kulingkarkan di kepala mirip kerudung-kerudung artis saat berada di sebuah pengajian.

Sesampainya di rumah, penyesalan itu kembali datang. Allah menegurku dengan perantara ceramah yang disampaikan seorang ustadz muda. Sejak saat itulah aku mulai memperbaiki diri.

Tak hanya secara batin, secara fisik juga aku mulai melakukan perubahan dengan mengenakan hijab syar'i. Inikah hidayah? Sebuah hidayah yang turun lewat perantara sesosok lelaki yang yang bernama Reihan. Ya, dialah Mas Reihan. Ustadz muda yang mampu meluluhkan hatiku untuk berubah menjadi muslimah yang lebih baik.
← Kembali
Tidak ada komentar, jadilah orang pertama berkomentar di posting ini..!

UNDER MAINTENANCE


Warning...!!!

Halaman ini di lindungi oleh Admin..

Kembali ke Beranda Atau hubungi FB Admin.

Terimakasih sudah nyasar di mari.